Jum'at, Hari dimana UP kimia dilaksanakan.
Sahabatku dari singapur datang, sudah sejak selasa sebenarnya. Aku, Wibias nama manusia itu, dan sultan merencanakan untuk melihat sebuah realita masyarakat, realita sosial. Walaupun tanpa sultan, karena dia adalah Korlap di sebuah acara skhole, Gema Aksara.
Aku dan Wibias, kami berangkat dari ITB jam 1. Berjalan ke simpang dago, dan sambil membicarakan masa depan, yang semoga terwujud. Di simpang dago kami naik angkot hijau dengan tujuan langsung, pasar ciroyom.
Lelah karena UP aku tertidur untuk beberapa waktu. Bangunnya, untuk mengisi waktuku, dan untuk memaksimalkan tujuan petualangan ini aku berbincang bincang dengan pak supir dan salah seorang penumpang. Penumpang itu adalah seorang pensiunan polisi. Kami berbincang tentang macetnya bandung, tentang kehidupan pensiunnya, mau kemana dia, dan dikejarnya waktu dia saat itu. Aku dapat mendapat banyak cerita darinya. Dan waktuku di angkot itu tidak sekedar terbuang percuma, walau aku tidak mendapat banyak cerita dari sopir angkot ini. sayangnya....
Setelah satu setengah jam perjalanan yang dipenuhi oleh besi besi bergerak, sampailah kami di pasar ciroyom. Dan petualangan bermula.
Kami ingin mencari sebuah rumah singgah, rumah sahaja, untuk melihat kehidupan anak anak jalanan. Itu tujuan kami, hanya saja dalam pelaksanaannya, aku ingin melihat lebih kehidupan bangsaku.
Ditengah pencarian rrumah sahaja ini, aku bertanya melihat dan berinteraksi dengan beberapa orang. Tukang batu akik, yang darinya aku tahu dia membuat sendiri batu itu, ada yang dicari juga. Aku melihat dia memasang batu akik itu ke cincin. Tukang sayur, yang darinya aku tahu sudah ada kenaikan harga barang barang, karena terpisah dari TV. Tukang kompor yang sedang memperbaiki sebuah kompor yang tidak mirip kompor. Berbincang dari mereka, belajar dari mereka.
Satu kenyataan yang aku dapat...
Aku adalah manusia bodoh... Aku ingin menggali lebih banyak hal, aku igin lebih dekat dengan mereka... cuman aku tidak bisa. Ada beberapa hal yang aku sadari itu ranah yang mereka tidak ingin masuki. Aku sadar dari perubahan mimik mereka. Hanya aku tidak tahu bagaimana menyikapinya, bagaimana membuat cair kembali, bagaimana membuat mereka membuka semuanya.
Aku masih sangat jauh dari Canggih Hawari yang ingin aku bentuk.
Azan Ashar berkumandang, aku dan wibias memutuskan untuk salat di sebuah surau. Disana, surau itu baru dibuka oleh pak RT ketika salat saja, dan itu pun agak sedikit terlambat... Lebih dari itu, pak RT sendiri hanya mengumandangkan azan, sedang ia tak mengikuti salat berjamaah. Aku tidak sempat untuk mengetahui alasan dibalik itu. Penasaran sebenarnya. Cuman ada sebuah kisah dan pelajaran disini...
Tempat wudhu di surau itu gelap, dan airnya keruh. Aku wudhu terlebih dahulu, baru wibias kemudian. Kemudian ada seorang penjual, yang datang belakangan, mencoba menyalakan lampu, tapi tak kunjung nyala. Aku berinisiatif menyenteri wibias dan penjual itu wudhu dengan hp wibias yang memang baru diserahkan ketika aku usulkan ide itu. Kaget, Sebelum penjual itu wudhu ia kencing terlebih dahulu. kencing di tempat wudhu ? Astaghfirullah, aku kesal saat itu, ingin kuingatkan, cuman aku memilih diam karena memang aku merasa kondisiku disitu baru, dan harus meminimalisir gesekan sebisa mungkin. Baru beberapa saat kemudian lampu menyala, dan kami menertawakan kejadian itu bersama.
Berikutnya aku dan wibias akhirnya menemukan seseorang yang mengetahui tentang anak jalanan ini. Bang keos, entah ditulis seperti itu atau chaos... Tak jelas posisinya, namun dia bilang dia dulu adalah anak jalanan juga, hanya sekarang pensiun karena sudah berkeluarga. Dibawanya kami ke salah satu bagian pasar.
Dibawah meja reot, diatas tanah tertidur beberapa anak jalanan, tiga anak, dibawah satu meja sebesar meja belajar SDku ! dibawah meja ! diatas Tanah ! Ya Allah... dengan pakaian lusuh, badan yang kotor... mereka menikmati hari disitu sambil ngelem. Diceritakan bang keos kekami tentang kehidupan teman teman jalanan ini, bagaimana mereka hidup, bagaimana kebiasaan ngelem itu... dan tentang rumah sahaja yang katanya sudah tidak ada lagi. Anak ITB pun sudah beberapa tahun tidak kesana mengajari mereka. Kami berbincang banyak hal. Dan dia bilang baru ada sekelompok orang yang memang baru mengajar disana beberapa minggu terakhir.
Ada satu anak yang menjadi fokusku... Dia terluka, kakinya bernanah, bengkak dikeduanya. Habis ditabrak katanya. terbilang sangat parah kondisinya... jijik, kasihan rasanya saat itu. Pengobatan ? Ia bahkan tak merasakannya, saat kutanya sudah dicuci itu lukanya ? dia bilang sudah dengan refanol... ya... mungkin bisa, tapi apa berguna ketika setelah itu dia tinggal, tertempel tanah yang membuatnya tidak steril lagi ?? Aku ingin membantunya... kitabisa.com ? atau entah lainnya... aku masih mencari cari info tentang itu.
Hari itu diakhiri dengan janjiku untuk datang berkunjung lagi keesokan harinya untuk melihat mereka belajar.
Malam itu wibias pulang. Dan esoknya adalah gema aksara. Aku tidak hadir.
Aku berangkat ke ciroyom, sendiri. Melihat mereka belajar. berkenalan dengan lebih banyak teman teman...
Seorang anak Yudi kalau tak salah namanya cerita, Rumah sahaja sudah tidak ada, katanya karena ada ketidakjelasan penggunaan dana, ada yang dikorupsi dana itu. begitu dia cerita. Aku marah, sumpah demi Allah, dikehidupan mereka yang seperti itu masih ada orang orang bodoh yang tega untuk menyiksa lebih dalam. Tapi memang perlu ditelusuri lebih lanjut, selain dia cerita dalam keadaan teler habis ngelem, juga itu masih cerita satu pihak.
entah...
Aku merasa aku perlu untuk lebih banyak mengenal realita sosial, realita bangsaku lebih dalam lagi... aku perlu berpetualang lebih sering, belajar dan berkembang lebih jauh dengan masyarakat...
Aku ingin memetakan masyarakat bandung, mengerti mereka, merumuskan sesuatu... entah apa itu, sekaligus membantu sebisaku saat ini...